BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Agama Islam adalah agama yang sempurna, mengatur kehidupan
manusia dengan segala aspeknya. Ajaran Islam tidak saja hanya mengatur hubungan
vertikal manusia (hablum minallah), tetapi juga hubungan secara
horizontal dengan ssamanya (hablum minannas). Karena itulah Islam
sebagai ajaran yang sempurna, mengajarkan kepada manusia mulai dari bagaimana
cara bergaul, berpakaian, bertamu, makan, minum, tidur sampai bagaimana cara
menyembah kepada Sang Khalik Allah SWT. Sejak awal agama Islam telah menanamkan
kesadaran akan kewajiban pemeluknya untuk menjaga sopan santun (adab) dalam
berbagai aspek kehidupan. Karena sopan santun (akhlak) menunjukkan
karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim. Bahkan Nabi Muhammad SAW
mengukur keimanan seseorang dengan orang yang berbudi pekerti yang baik (Akhlak
Karimah). Untuk memberikan gambaran lebih rinci berikut akan dibahas adab
bertamu dan menerima tamu.
Akhlak terpuji
(akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan
berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik
ialah mata rantai iman. Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan
akhlak mahmudahyang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal.
Hal itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara
tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik
hampir senada dengan pendapat Plato.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian, nilai positif,
bentuk dan etika bertamu?
2. Bagaimana pengertian, nilai positif,
bentuk dan etika menerima tamu?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
AKHLAK BERTAMU
1.
Pengertian bertamu
Bertamu
merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang
bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja sama untuk meringankan
berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adakalanya seorang bertamu
karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap
problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu
(berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertandang ke rumah
kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun sahabat dapat
tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu
dalam bahaa Arab disebut dengan kata “Ataa liziyaroti, atau
Istadloofa-Yastadliifu”. Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan ;
“datang berkunjung kerumah seorang teman ataupun kerabat untuk suatu tujuan
ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Secara istilah bertamu merupakan
kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain, dalam rangka
menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
Tujuan
bertamu sudah barang tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun persahabatan.
Sedangkan bertamu kepada orang yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling
memperkenalkan diri ataupun bermaksud lain yang belum diketahui kedua belah
pihak. Bertamu merupakan kebiasaan positif dalam kehidupan bermasyarakat dari
zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan kebiasaan kunjung
mengunjungi, maka segala persoalan mudah diselesaikan, segala urusan mudah
dibereskan dan segala masalah mudah diatasi.
2.
Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum
memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu terlebih dahulu meminta
izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Allah berfirman:
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang
bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”(Q.S. an-Nur/24:27).
Berdasarkan
isyarat al-Qur’an di atas, maka yang pertama dilakukan adalah meminta izin,
baru kemudian mengucapkan salam. Sedangkan menurut mayoritas ahli fiqih
berpendapat sebaliknya. Menurut Rasululluh SAW, meminta izin maksimal boleh
dilakukan tiga kali.
Disamping
meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu diperhatikan oleh
setiap orang yang bertamu sebagai berikut:
a. Jangan bertamu sembarangan waktu.
b. Kalau diterima bertamu, jangan
selalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Setelah urusan seleai segeralah
pulang.
c. Jangan melakukan kegiatang yang
membuat tuan rumah terganggu.
d. Kalau disuguhi minuman atau makanan
hormatilah jamuan itu. Bahkan Rasulullah saw. Menganjurkan kepada orang yang
berpuasa sunnah sebaiknya berbuka puasanya untuk menghormati jamuan.
e. Hendaklah pamit pada waktu mau
pulang.
3.
Nilai positif Akhlak
Bertamu
Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap
toleran terhadap oaring lain dan menjauhkan sikap pakaan, tekanan, dan
intimidasi. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha
meyakinkan orang lain terhadap tujuan dan maksud beik kedatangan, tetapi juga
dalam tindak laku dan pergaulan dengan sesame manuia harus terhindar cara-cara
pakaan dan kekerasan. Dengan bertamu ataupun bertangang, seorang akan
mempertemukan persamaan ataupun kesesuaian sehingga akan terjalin persahabatan
dan kerjasama dalam menjalin kehidupan. Dengan bertamu, seorang akan melakukan
diskui yang baik, sikap yang sportif, dan elegan terhadap seamanya. Bertamu
dianggap sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan
mesyarakat yang bermartabat.
4.
Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan
yang cukup mengasyikan. Dengan tujuan bertamu seseorang dapat menemukan
berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman berharga ataupun dapat
menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Menurut ungkapan Al-Qu’an,
sebaiknya orang bertamu tidak memaksa untuk pada saat tidak ada orang yang di
rumuh.
5.
Etika Bertamu
1) Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu
dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan
rumah,
2) Tidak masuk
sebelum mengucapkan salam
Hendaklah seorang tamu menghormati privasi tuan rumah dengan
cara tidak masuk rumah terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu. Mungkin saja
tuan rumah ketika itu enggan kedatangan tamu karena memiliki suatu urusan yang
mendesak dan lebih penting. Mengenai etika ini, Allah Swt telah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nur/24: 27)
3) Tidak mengintip
ke dalam rumah
Perbuatan mengintip ,erupakan [erilaku yang sangat buruk.
Sampai-sampai Rasulullah saw pernah memperingatkan dengan keras sahabatnya yang
mengintip bagian dalam rumah beliau.
4) Tidak menginap
lebih dari tiga hari
Seorang tamu hendaklah tidak membebani tuan rumah dengan
cara bermalam lebih dari tiga malam.
5) Tamu laki-laki tidak masuk ketika
sumai tidak ada
Tamu laki-laki hendaklah tidak masuk ke dalam rumah apabila
tuan rumahnya seorang perempuan, atau ketika sang suami tidak ada di rumah.
Islam mensyariatkan hal ini untuk menghindari terjadinya fitnah di antara dua
orang yang berlainan mahram.
6) Menikmati jamuan yang disuguhkan
dengan senang hati
Seorang tamu hendaknya menghormati tuan rumah dengan
menyantap hidangan yang disuguhkan kepadanya, baik dia menyukai menu makanan
tersebut atau tidak. Perintah untuk menyenangkan hati tuan rumah ketika
menghidangkan jamuan bahkan juga diperintahkan Rasulullah bagi tamu yang sedang
berpuasa sunah. Seseorang disunahkan untuk membatalkan puasa sunahnya ketika
dia diberi suguhan oelh tuan rumah.
B.
AKHLAK MENERIMA TAMU
1. Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Menurut KBBI, menerima tamu diartikan kedatangan orang-orang
bertamu, mela-wat atau berkunjung. Secara istilah, menerima
tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim
dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau
memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk menda-patkan rahmat dan rido dari
Alloh.
2. Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Islam sebagai agama yang sangat
serius dalam memberikan perhatian orang yang sedang bertamu. Sesungguhnya orang
yang bertamu telah dijamin hak-haknya dalam Ialam. Karena itu menerima tamu merupakan
perintah yang mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat, dan Rosululloh SAW
bersabda:
Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik dengan tetangganya. Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hen-daklah ia memuliakan tamunya
dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang
baik dan diam (H.R. Muslim)
3. Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Setiap orang Islam telah diikat oleh
suatu Tata aturan supaya hidup bertetengga dan bersahabat dengan orang lain,
sekalipun berbeda agama ataupun suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan
tidak boleh dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di antara sesame
manusia.
Memuliakan tamu juga dapat dijadikan
sebagai sarana untuk mendapatkan kemas-lahatan dari Allah ataupun makhluk Nya
karena sesungguhnya orangyang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia
ataupun akhirat. Memuliakan tamu dengan peny-ambutan yang menyenangkan dapat
membina diri dan menunjukan kepribadian utama.
4. Membiasakan Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu merupakan bagian dari
aspek social dalam ajaran Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan
penyambutan yang baik merupakan cermin diri dan menunjukan kualitas kepribadian
seorang muslim. Seorang muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap
tamu yang datang dengan penyambutan yang penuh suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan
suka cita maka tuan rumah harus mengha- dirkan tamu pikiran yang positif
terhadap tamu, jangan sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran
negative dari tuan rumah. Sebagai tuan rumah harus sabar dalam menyambut tamu
yang datang apapun keadaanya, pada kenyataanya sering meng-ganggu aktivitas
yang sedang kita serius. Jangan sampai seorang tuan rumah menunjukan sikap yang
kasar ataupun mengusir tamunya.
Seyogyinya seorang muslim harus
menunjukan sikap yang baik terhadap tamunya mulai dari keramahan diri dalam
menyambut tamu, menyediakan sarana dan pasarana penyambutan yang memadai, serta
memberikan jamuan makan dan minum yang memenu hi selera tamu. Syukur sekali
menyediakan hidangan yang lezat yang menjadi kesukaan tamu yang datang. Jika
hal tersebut dapat dilakukan secara baik, maka akan menjadi tolak ukur
kemuliaan tuan rumah.
5.
Etika
Menerima Tamu
Dalam ajaran Islam istilah ”Tamu
adalah raja” ini merupkan inti dari ajaran islam itu sendiri dan barang siapa
yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah
menyambungkan tali silaturrahim. Tuan rumah (Shohibul bait) dalam menerima tamu
hendaknya mempunyai etika-etika (adab) dalam menerima tamu sesuai dengan ajaran
islam. Yaitu seperti :
1)
Hendaknya Menunjukkan Wajah Kegembiraan
Tuan rumah hendaknya menunjukkan
wajah kegembiraan. Jika ketika itu tuan rumah sedang mempunyai masalah yang merisaukan
hendaknya kerisauan itu tidak ditampakkan kepada tamu. Jika kekesalan itu
tertuju kepada orang yang datang bertamu, hendaknya usahakan tetap bisa
bersikap ramah, karena berlaku tidak ramah kepada tamu, misalnya menampilkan
wajah cemberut atau secara sengaja tidak berbicara atau berbicara sangat
singkat, berlawanan dengan muru`ah tuan rumah yang justru harus dijaga.
2) Menjawab
Salam
Menjawab salam saudara kita sesama
muslim berarti merealisasikan sunnah Rosulullah saw dan menunaikan hak sesama
muslim. Dan menjawab salam itu sendiri hukumnya adalah wajib. Dan jika yang
bertamu itu ahli kitab (orang Non-Muslim) yang mengucapkan salam, maka
jawabannya cukup hanya dengan ucapan "alaik" atau "alaikum"
saja.
3) Berjabat
Tangan
Ketika bertemu dengan tamu saudara
sesama muslim, disunnahkan berjabat tangan sebagaimana amalan para sahabat
Nabi.
4) Bersikap
simpatik
Selain menyambut tamu dengan wajah
ceria di awal kehadirannya, dan mengajaknya bicara dengan tutur kata yang baik
dan sopan. Imam Al Auza`i mengatakan bahwa:
”Memuliakan tamu itu adalah
(sekurang-kurangnya) menunjukkan wajah ceria dan baik tutur kata”.
Tradisi masyarakat beradab sejak
zaman Nabi saw dalam menjamu tamu selalu ada unsur obrolan, luwes, simpatik dan
ramah tamah. Dan sekiranya kita sebagai tuan rumah mempersilahkan tamunya
seperti layaknya rumah sendiri, sehingga tidak layak bagi tuan rumah untuk
menyuruh tamu melayani dirinya.
5) Memberi
Hidangan
Ketika tamu itu duduk, hendaklah
menyuguhkan minuman agar tamu merasa nyaman karena penghormatan kita. Dan jika
telah selesai janganlah terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu sebelum
tamu benar-benar menyelesaikan makanannya dan membersihkan tangannya. Jika kita
termasuk dalam keadaan golongan orang yang kurang mampu, hendaknya hidangkan
kepada tamu kita seadanya saja meskipun itu hanya air putih. Jika tamu
berpamitan hendaknya tuan rumah mengantar sampai ke luar rumah.
6) Jangan
Membebani Tamu
Janganlah seorang tuan rumah
membebani tamu untuk membantu, kerana hal ini bertentangan dengan kewibawaan
dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan
dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria.
7) Boleh
Menanyakan Siapa Namanya
Jika yang bertamu adalah orang yang
belum kita kenal sama sekali, dan dia meminta izin untuk masuk, maka kita boleh
menanyakan namanya sambil berjabat tangan seraya mengenalkan diri. Karena
berjabat tangan dengan sesama muslim hikmahnya banyak yaitu diantarnya dapat
melapangkan dada, mempererat ukhuwah dan dapat menghapus dosa selama belum
berpisah.
8) Boleh
Menolak Tamu
Sebagai tuan rumah kita diberi kuasa
oleh Allah SWT untuk menentukan sikap terhadap tamu. Apakah kita akan menolak
tamu tersebut atau menerimanya, jika kita menolak karena suatu hal maka
hendaknya bicara jujur dan menyampaikan udzurnya dengan akhlak yang baik. Dari
Abu Hurairah dari Nabi Beliau berkata:
"… barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya memuliakan tamunya, dan barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya bicara yang benar atau
diam.”
9) Boleh
Saling Berpelukan
Jika tamu kita adalah orang
yang bertempat tinggal jauh sekali, bisa dikatakan bahwa tamu kita tersebut
hanya bersilaturrahim tiap Idul Fitri saja, maka ketika tamu tersebut
berpamitan kita boleh saling berpelukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu
dilestarikan. Dengan bertamu seorang bias menjalin persaudaraan bahkan dapat
menjalin kerja sama untuk meringankan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
Adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk
mencari solusi terhadap problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena
lama tidak ketemu (berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan
bertandang ke rumah kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat
ataupun sahabat dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Menerima tamu diartikan kedatangan orang-orang bertamu,
mela-wat atau berkunjung. Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu
dengan berbagai cara penyambutan yang lazim dilakukan menurut adat ataupun
agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar
keyakinan untuk menda-patkan rahmat dan rido dari Alloh.
B.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan
untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Roli A. Rahman dan M. Khamzah, Menjaga
Akidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah, Tiga Serangkai, Solo
LKS HIKMAH Akidah Akhlak Kelas X
semester Ganjil
Contoh
dalam bertamu dan menerima tamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar