Sabtu, 19 November 2016

Makalah Aklha menerima tamu dan bertamu



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Agama Islam adalah agama yang sempurna, mengatur kehidupan manusia dengan segala aspeknya. Ajaran Islam tidak saja hanya mengatur hubungan vertikal manusia (hablum minallah), tetapi juga hubungan secara horizontal dengan ssamanya (hablum minannas). Karena itulah Islam sebagai ajaran yang sempurna, mengajarkan kepada manusia mulai dari bagaimana cara bergaul, berpakaian, bertamu, makan, minum, tidur sampai bagaimana cara menyembah kepada Sang Khalik Allah SWT. Sejak awal agama Islam telah menanamkan kesadaran akan kewajiban pemeluknya untuk menjaga sopan santun (adab) dalam berbagai aspek kehidupan. Karena sopan santun (akhlak) menunjukkan karakteristik kualitas kepribadian seorang muslim. Bahkan Nabi Muhammad SAW mengukur keimanan seseorang dengan orang yang berbudi pekerti yang baik (Akhlak Karimah). Untuk memberikan gambaran lebih rinci berikut akan dibahas adab bertamu dan menerima tamu.
Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. Akhlaqul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji. Hamzah Ya’qub mengatakan akhlak yang baik ialah mata rantai iman.  Al-Ghazali menerangkan bentuk keutamaan akhlak mahmudahyang dimiliki seseorang misalnya sabar, benar, dan tawakal. Hal itu dinyatakan sebagai gerak jiwa dan gambaran batin seseorang yang secara tidak langsung menjadi akhlaknya. Pandangan Al-Ghazali tentang akhlak yang baik hampir senada dengan pendapat Plato.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana pengertian, nilai positif, bentuk dan etika bertamu?
2.      Bagaimana pengertian, nilai positif, bentuk dan etika menerima tamu?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    AKHLAK BERTAMU
1.      Pengertian bertamu
Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja sama untuk meringankan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu (berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertandang ke rumah kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun sahabat dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu dalam bahaa Arab disebut dengan kata “Ataa liziyaroti, atau Istadloofa-Yastadliifu”. Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu diartikan ; “datang berkunjung kerumah seorang teman ataupun kerabat untuk suatu tujuan ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Secara istilah bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah sahabat, kerabat ataupun orang lain, dalam rangka menciptakan kebersamaan dan kemaslahatan bersama.
Tujuan bertamu sudah barang tentu untuk menjalin persaudaraan ataupun persahabatan. Sedangkan bertamu kepada orang yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling memperkenalkan diri ataupun bermaksud lain yang belum diketahui kedua belah pihak. Bertamu merupakan kebiasaan positif dalam kehidupan bermasyarakat dari zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan kebiasaan kunjung mengunjungi, maka segala persoalan mudah diselesaikan, segala urusan mudah dibereskan dan segala masalah mudah diatasi.

2.      Bentuk Akhlak Bertamu
Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni rumah. Allah berfirman: Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”(Q.S. an-Nur/24:27).
Berdasarkan isyarat al-Qur’an di atas, maka yang pertama dilakukan adalah meminta izin, baru kemudian mengucapkan salam. Sedangkan menurut mayoritas ahli fiqih berpendapat sebaliknya. Menurut Rasululluh SAW, meminta izin maksimal boleh dilakukan tiga kali.
Disamping meminta izin dan mengucapkan salam, hal lain yang perlu diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai berikut:
a.       Jangan bertamu sembarangan waktu.
b.      Kalau diterima bertamu, jangan selalu lama sehingga merepotkan tuan rumah. Setelah urusan seleai segeralah pulang.
c.       Jangan melakukan kegiatang yang membuat tuan rumah terganggu.
d.      Kalau disuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan Rasulullah saw. Menganjurkan kepada orang yang berpuasa sunnah sebaiknya berbuka puasanya untuk menghormati jamuan.
e.       Hendaklah pamit pada waktu mau pulang.

3.      Nilai positif Akhlak Bertamu
Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap oaring lain dan menjauhkan sikap pakaan, tekanan, dan intimidasi. Islam tidak mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha meyakinkan orang lain terhadap tujuan dan maksud beik kedatangan, tetapi juga dalam tindak laku dan pergaulan dengan sesame manuia harus terhindar cara-cara pakaan dan kekerasan. Dengan bertamu ataupun bertangang, seorang akan mempertemukan persamaan ataupun kesesuaian sehingga akan terjalin persahabatan dan kerjasama dalam menjalin kehidupan. Dengan bertamu, seorang akan melakukan diskui yang baik, sikap yang sportif, dan elegan terhadap seamanya. Bertamu dianggap sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan mesyarakat yang bermartabat.

4.      Membiasakan Akhlak Bertamu
Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikan. Dengan tujuan bertamu seseorang dapat menemukan berbagai manfaat, baik berupa wawasan, pengalaman berharga ataupun dapat menikmati segala bentuk penyambutan tuan rumah. Menurut ungkapan Al-Qu’an, sebaiknya orang bertamu tidak memaksa untuk pada saat tidak ada orang yang di rumuh. 

5.      Etika Bertamu
1)      Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, 
2)      Tidak masuk sebelum mengucapkan salam
Hendaklah seorang tamu menghormati privasi tuan rumah dengan cara tidak masuk rumah terlebih dahulu sebelum mengetuk pintu. Mungkin saja tuan rumah ketika itu enggan kedatangan tamu karena memiliki suatu urusan yang mendesak dan lebih penting. Mengenai etika ini, Allah Swt telah berfirman,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." (QS. An-Nur/24: 27)
3)      Tidak mengintip ke dalam rumah
Perbuatan mengintip ,erupakan [erilaku yang sangat buruk. Sampai-sampai Rasulullah saw pernah memperingatkan dengan keras sahabatnya yang mengintip bagian dalam rumah beliau.
4)      Tidak menginap lebih dari tiga hari
Seorang tamu hendaklah tidak membebani tuan rumah dengan cara bermalam lebih dari tiga malam.
5)      Tamu laki-laki tidak masuk ketika sumai tidak ada
Tamu laki-laki hendaklah tidak masuk ke dalam rumah apabila tuan rumahnya seorang perempuan, atau ketika sang suami tidak ada di rumah. Islam mensyariatkan hal ini untuk menghindari terjadinya fitnah di antara dua orang yang berlainan mahram.
6)      Menikmati jamuan yang disuguhkan dengan senang hati
Seorang tamu hendaknya menghormati tuan rumah dengan menyantap hidangan yang disuguhkan kepadanya, baik dia menyukai menu makanan tersebut atau tidak. Perintah untuk menyenangkan hati tuan rumah ketika menghidangkan jamuan bahkan juga diperintahkan Rasulullah bagi tamu yang sedang berpuasa sunah. Seseorang disunahkan untuk membatalkan puasa sunahnya ketika dia diberi suguhan oelh tuan rumah.


B.     AKHLAK MENERIMA TAMU
1.      Pengertian Akhlak Menerima Tamu
Menurut KBBI, menerima tamu diartikan kedatangan orang-orang bertamu, mela-wat atau berkunjung. Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk menda-patkan rahmat dan rido dari Alloh.

2.      Bentuk Akhlak Menerima Tamu
Islam sebagai agama yang sangat serius dalam memberikan perhatian orang yang sedang bertamu. Sesungguhnya orang yang bertamu telah dijamin hak-haknya dalam Ialam. Karena itu menerima tamu merupakan perintah yang mendatangkan kemuliaan di dunia dan akhirat, dan Rosululloh SAW bersabda:
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik dengan tetangganya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hen-daklah ia memuliakan tamunya dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik dan diam (H.R. Muslim)

3.      Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu
Setiap orang Islam telah diikat oleh suatu Tata aturan supaya hidup bertetengga dan bersahabat dengan orang lain, sekalipun berbeda agama ataupun suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di antara sesame manusia. 
Memuliakan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan kemas-lahatan dari Allah ataupun makhluk Nya karena sesungguhnya orangyang berbuat baik akan mendapatkan kemaslahatan dunia ataupun akhirat. Memuliakan tamu dengan peny-ambutan yang menyenangkan dapat membina diri dan menunjukan kepribadian utama.

4.      Membiasakan Akhlak Menerima Tamu
Menerima tamu merupakan bagian dari aspek social dalam ajaran Islam yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang baik merupakan cermin diri dan menunjukan kualitas kepribadian seorang muslim. Seorang muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap tamu yang datang dengan penyambutan yang penuh suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita maka tuan rumah harus mengha- dirkan tamu pikiran yang positif terhadap tamu, jangan sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negative dari tuan rumah. Sebagai tuan rumah harus sabar dalam menyambut tamu yang datang apapun keadaanya, pada kenyataanya sering meng-ganggu aktivitas yang sedang kita serius. Jangan sampai seorang tuan rumah menunjukan sikap yang kasar ataupun mengusir tamunya.
Seyogyinya seorang muslim harus menunjukan sikap yang baik terhadap tamunya mulai dari keramahan diri dalam menyambut tamu, menyediakan sarana dan pasarana penyambutan yang memadai, serta memberikan jamuan makan dan minum yang memenu hi selera tamu. Syukur sekali menyediakan hidangan yang lezat yang menjadi kesukaan tamu yang datang. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara baik, maka akan menjadi tolak ukur kemuliaan tuan rumah.

5.      Etika Menerima Tamu
Dalam ajaran Islam istilah ”Tamu adalah raja” ini merupkan inti dari ajaran islam itu sendiri dan barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah menyambungkan tali silaturrahim. Tuan rumah (Shohibul bait) dalam menerima tamu hendaknya mempunyai etika-etika (adab) dalam menerima tamu sesuai dengan ajaran islam. Yaitu seperti :
1)      Hendaknya Menunjukkan Wajah Kegembiraan
Tuan rumah hendaknya menunjukkan wajah kegembiraan. Jika ketika itu tuan rumah sedang mempunyai masalah yang merisaukan hendaknya kerisauan itu tidak ditampakkan kepada tamu. Jika kekesalan itu tertuju kepada orang yang datang bertamu, hendaknya usahakan tetap bisa bersikap ramah, karena berlaku tidak ramah kepada tamu, misalnya menampilkan wajah cemberut atau secara sengaja tidak berbicara atau berbicara sangat singkat, berlawanan dengan muru`ah tuan rumah yang justru harus dijaga.
2)      Menjawab Salam
Menjawab salam saudara kita sesama muslim berarti merealisasikan sunnah Rosulullah saw dan menunaikan hak sesama muslim. Dan menjawab salam itu sendiri hukumnya adalah wajib. Dan jika yang bertamu itu ahli kitab (orang Non-Muslim) yang mengucapkan salam, maka jawabannya cukup hanya dengan ucapan "alaik" atau "alaikum" saja.
3)      Berjabat Tangan
Ketika bertemu dengan tamu saudara sesama muslim, disunnahkan berjabat tangan sebagaimana amalan para sahabat Nabi.



4)      Bersikap simpatik
Selain menyambut tamu dengan wajah ceria di awal kehadirannya, dan mengajaknya bicara dengan tutur kata yang baik dan sopan. Imam Al Auza`i mengatakan bahwa:
”Memuliakan tamu itu adalah (sekurang-kurangnya) menunjukkan wajah ceria dan baik tutur kata”.
Tradisi masyarakat beradab sejak zaman Nabi saw dalam menjamu tamu selalu ada unsur obrolan, luwes, simpatik dan ramah tamah. Dan sekiranya kita sebagai tuan rumah mempersilahkan tamunya seperti layaknya rumah sendiri, sehingga tidak layak bagi tuan rumah untuk menyuruh tamu melayani dirinya.

5)      Memberi Hidangan
Ketika tamu itu duduk, hendaklah menyuguhkan minuman agar tamu merasa nyaman karena penghormatan kita. Dan jika telah selesai janganlah terburu-buru mengangkat hidangan dari meja tamu sebelum tamu benar-benar menyelesaikan makanannya dan membersihkan tangannya. Jika kita termasuk dalam keadaan golongan orang yang kurang mampu, hendaknya hidangkan kepada tamu kita seadanya saja meskipun itu hanya air putih. Jika tamu berpamitan hendaknya tuan rumah mengantar sampai ke luar rumah.

6)      Jangan Membebani Tamu
Janganlah seorang tuan rumah membebani tamu untuk membantu, kerana hal ini bertentangan dengan kewibawaan dan jangan menampakkan kejemuan terhadap tamu, tetapi menampakkan kegembiraan dengan kehadiran mereka, bermuka manis dan berbicara ramah dan ceria. 

7)      Boleh Menanyakan Siapa Namanya
Jika yang bertamu adalah orang yang belum kita kenal sama sekali, dan dia meminta izin untuk masuk, maka kita boleh menanyakan namanya sambil berjabat tangan seraya mengenalkan diri. Karena berjabat tangan dengan sesama muslim hikmahnya banyak yaitu diantarnya dapat melapangkan dada, mempererat ukhuwah dan dapat menghapus dosa selama belum berpisah.

8)      Boleh Menolak Tamu
Sebagai tuan rumah kita diberi kuasa oleh Allah SWT untuk menentukan sikap terhadap tamu. Apakah kita akan menolak tamu tersebut atau menerimanya, jika kita menolak karena suatu hal maka hendaknya bicara jujur dan menyampaikan udzurnya dengan akhlak yang baik. Dari Abu Hurairah dari Nabi Beliau berkata:
"… barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya memuliakan tamunya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya bicara yang benar atau diam.”

9)      Boleh Saling Berpelukan
Jika tamu kita adalah orang yang bertempat tinggal jauh sekali, bisa dikatakan bahwa tamu kita tersebut hanya bersilaturrahim tiap Idul Fitri saja, maka ketika tamu tersebut berpamitan kita boleh saling berpelukan.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan bertamu seorang bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin kerja sama untuk meringankan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap problema masyarakat actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu (berjumpa) ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertandang ke rumah kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun sahabat dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Menerima tamu diartikan kedatangan orang-orang bertamu, mela-wat atau berkunjung. Secara istilah, menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara penyambutan yang lazim dilakukan menurut adat ataupun agama dengan maksud untuk menyenangkan atau memuliakan tamu, atas dasar keyakinan untuk menda-patkan rahmat dan rido dari Alloh.

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Roli A. Rahman dan M. Khamzah, Menjaga Akidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah, Tiga Serangkai, Solo
LKS HIKMAH Akidah Akhlak Kelas X semester Ganjil


Contoh dalam bertamu dan menerima tamu



Description: http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTHNd-I5VmxJEHmwX49Kyd29sNL4qLDc1M5F-jxmxnyuJET-BHt9g            Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihXFXZqZhceDseizmb244-1WUW_bh4KX52E7pEQk2va2pgm0r0X1sbTFNbKeXZIYc3nH9l4FXGgVFulrTcjlbb25BzrblVLnjgo-XxcJfzqIIvXOn3HWuYJa71e0Z-blvvyn9krOnlaFub/s1600/QneBPXfrgp.jpg

Description: http://i.ytimg.com/vi/-jlP-9XPFpM/0.jpg      Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgH3vUXUSXqL69RoulYYMiEteD7zLOa_x7dWcs77nVjvXZ7-kkrVOBmC5NUO8sd_FnQudgRxP3xM1BHOQNmdkLZhZi744tVgoxe2oxrEhaQyXmsdwY6phHv5aDqI7bPDhq-0si0Ykeci9pz/s1600/bertamu.jpg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar