Minggu, 13 November 2016

Makalah Abces di Pipi



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yang terakumulasi disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke bagian lain dari tubuh.
Organisme atau benda asing membunuh sel-sel lokal yang pada akhirnya menyebabkan pelepasan sitokin. Sitokin tersebut memicu sebuah respon inflamasi (peradangan), yang menarik kedatangan sejumlah besar sel-sel darah putih (leukosit) ke area tersebut dan meningkatkan aliran darah setempat.
Struktur akhir dari suatu abses adalah dibentuknya dinding abses, atau kapsul, oleh sel-sel sehat di sekeliling abses sebagai upaya untuk mencegah nanah menginfeksi struktur lain di sekitarnya. Meskipun demikian, seringkali proses enkapsulasi tersebut justru cenderung menghalangi sel-sel imun untuk menjangkau penyebab peradangan (agen infeksi atau benda asing) dan melawan bakteri-bakteri yang terdapat dalam nanah.
Abses harus dibedakan dengan empyema. Empyema mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang telah ada sebelumnya secara normal, sedangkan abses mengacu pada akumulasi nanah di dalam kavitas yang baru terbentuk melalui proses terjadinya abses tersebut.
Karena abses merupakan salah satu manifestasi peradangan, maka manifestasi lain yang mengikuti abses dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, yakni: kemerahan (rubor), panas (calor), pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan hilangnya fungsi. Abses dapat terjadi pada setiap jaringan solid, tetapi paling sering terjadi pada permukaan kulit, pada paru-paru, otak, gigi, ginjal, dan tonsil. Komplikasi mayor abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren).


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian
 “Abses adalah penimbunan nanah yang terjadi akibat infeksi bakteri yang dapat terjadi dimana saja pada bagian tubuh kita.”
        “Abses adalah peradangan jaringan tubuh yang memungkinkan timbulnya rongga tempat nanah mengumpul.”
  “Abses adalah lesi yang sulit untuk di atasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas kejaringan yang lebih luas dengan pencarian, kecendrungannya untuk membentuk lubang, dan konsistensinya terhadap penyembuhan.” (Price dan Wilson, 1994, hlm. 49).
Etiologi
Penyebab abses adalah infeksi bakteri. Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara :
a.       Bakteri  masuk akibat tusukan jarum yang tidak steril
b.      Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain.
c.       Bakteri yang dalam keadaan normal hidup dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan.
Abses yang terjadi suatu luka ringan, cidera atau sebagai komplikasi dari folikulitis atau bisul terjadi karena benda asing yang di ikuti bakteri Stapilokokus, Esceria coli, mycobakteria dan juga bakteri yang bersifat anaerob (clostridium dan  peptostreptokokkus).

3.    Patofisiologi
                     Terjadinya abses dikarenakan masuknya bakteri melalui luka atau infeksi di bagian tubuh lain maupun bakteri dalam tubuh yang tidak menimbulkan gangguan, lama kelamaan bagian yang terkena terjadi infeksi. Infeksi ini menyebabkan sebagian sel mati dan hancur sehingga bagian tersebut berongga berisi bakteri, sedangkan sebagian sel darah putih melakukan perlawanan dan akhirnya mati, karena jumlah sel tersebut sedikit. Sel tersebut menjadi pus dan akhirnya terdorong seperti benjolan yang disebut abses lalu terjadi peradangan yang menimbulkan nyeri, membuat tidak nafsu makan. Peradangan tersebut akhirnya pecah terjadi perdarahan sehingga menimbulkan kecemasan.
4.        Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa :
1.      Nyeri
2.      Nyeri tekan
3.      Teraba hangat
4.      Pembengakakan
5.      Kemerahan
6.      Demam
      Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali  terlebih tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi keseluruh tubuh.

5.        Pemeriksaan Diagnostik 
a.         Usapan Sitologis  : memungkinkan lesi – lesi majemuk 
                     b.        Kerokan dan biakan jamur : konfirmasi segera adanya infeksi.
       c.         Pacth Testing : membuktikan dan menegakkan diagnosa adanya  alergi  dan menemukan penyebabnya.

6.    Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan yang dilakukan pada abses sebagai berikut
a.         Pembedahan
Untuk mengeluarkan nanah yang ada pada abses. Sebelumnya diberikan obat bius local lalu nanah dibuang, luka dibersihkan dan dikeringkan dan luka ditutup dengan kasa.
b.        Kompres Hangat 
Membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi peradangan.

c.         Pemasangan Drain dan Elizabeth Collar 
Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang senantiasa di produksi bakteri. Elizabeth Collar dipasang untuk menjaga agar drain tidak lepas.
d.        Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik digunakan untuk membunuh bakteri streptomycin.




 DAFTAR PUSTAKA 
1. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. jakarta : EGC. 1999.
2. Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2. Jakarta:EGC,2004.
3. Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar